Kepramukaan : Mengenal Sejarah Gerakan Pramuka
Sejarah Gerakan Pramuka
Keberadaan Gerakan Pramuka di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari awal mula keberadaan Gerakan Kepanduan yang didirikan oleh Lord Robert Baden-Powel tahun 1907 saat menjadi Letnan Jenderal tentara di Inggris, dengan mengadakan perkemahan selama 8 hari di Pulau Brownsea. Apa yang dilakukan oleh Baden-Powel nampaknya memikat dan menjadi perhatian para petinggi negara dan tokoh-tokoh negara saat itu, tak terkecuali oleh orang-orang Belanda. Gerakan kepanduan yang sudah memikat perhatian tokoh dunia ini, kemudian dibawa oleh Belanda ke negara-negara jajahannya (tak terkecuali Indonesia). Untuk mewujudkan keinginan Belanda dalam menyebarkan Gerakan Kepanduan, maka Belanda mendirikan organisasi kepanduan Belanda pertama di Indonesia dengan nama NIPV (Nederlands Indische Padvinders Vereeniging atau Asosiasi Pandu-Pandu Hindia Belanda). Sedangkan istilah Padvinders adalah istilah sebutan bagi anggotanya.
Apa yang dilakukan oleh Belanda dengan mendirikan Organisasi Kepanduan, nampaknya dilirik oleh para pejuang dan tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia untuk mendirikan organisasi yang serupa. Para pejuang kemerdekaan melakukan hal dimaksud untuk bisa menggerakkan.
para pemuda penduduk setempat dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Di antara organisasi kepanduan yang pernah muncul saat itu adalah SIAP (Sarekat Islam Afdeling Padvinder/l, HW (Hizbul Wathan, IPO Wavaansche Padvinders Organisatie), NATIPII (Nationale Islamitsche Padvindery), dan JIP (Jong Java Padvinderyl. Dalam perkembangannya, api semangat berkelompok dalam Gerakan Kepanduan, menggugah semangat K.H. Agus Salim untuk mengganti istilah Padvindery dengan nama Pandu atau Pramuka.
Seiring dengan berjalannya waktu, keberadaan kepanduan sebagai sarana penggugah semangat untuk maju dan merdeka, pasca Sumpah Pemuda telah mendorong semangat untuk bersatu dengan berdirinya PPS (Pandu Pemuda Sumatera) dan PK (Pandu Kesultanan).
Keberadaan organisasi kepanduan di Indonesia secara langsung benar-benar telah menguatkan semangat rakyat Indonesia untuk bersatu dan memerdekakan diri dari penjajahan bangsa asing dan setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, dengan tidak berselang terlalu lama didirikanlah organisasi Pandu Rakyat Indonesia (PRI) pada tanggal 28 Desember 1945 di Solo. Organisasi ini ditunjuk sebagai satu-satunya wadah kepanduan di antara anggota-anggota pandu/pramuka Indonesia. Setelah Perang Dunia ke II, banyak pula bermunculan nama organisasi Kepanduan di Indonesia, dan tentu di satu sisi menjadi hal positif bagi tumbuhnya rasa juang mengisi Ikemerdekaan, namun di sisi lain pemerintah juga merasa khawatir terhadap munculnya gesekan kepentingan masing-masing Kepanduan dimaksud (karena tiap-tiap Kepanduan memiliki strategi dan misi sendiri-sendiri).
Oleh karena itu, melalui Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan mengeluarkan Keputusan Nomor. 23441/Kap, tertanggal 6 September 1951 yang mengatur pembentukan organisasi kepanduan selain Pandu Rakyat Indonesia. Dalam gerak perkembangannya, tercatat pada tahun 1961, sudah ada sekitar 100 organisasi kepramukaan/kepanduan di Indonesia. Organisasi ini tergabung dalam 3 organisasi federasi yaitu Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO). Asosiasi Pandu Putri Indonesia (POPPINDO), dan Perkumpulan Kepanduan Putri Indonesia (PKP). Untuk mengefektifkan keberadaan organisasi kepanduan/ kepramukaan, dan sekaligus untuk mengurangi gesekan kepentingan dan persaingan yang kurang sehat, maka ketiga federasi tersebut tergabung dalam satu bentuk yaitu Indonesian Scout Association (ISA) atau Persatuan Kepanduan Indonesia (PERKINDO).
Oleh PERKINDO dibentuklah suatu panitia untuk memikirkan suatu jalan keluar bagaimana agar kepanduan-kepanduan itu tidak terpecah-pecah. Selain itu kepanduan yang ada di Indonesia saat itu terpaku pada gaya lama yang bersifat tradisional dari kepanduan di Inggris. Hal ini membawa dampak bahwa pendidikan kepanduan yang diselenggarakan di Indonesia tidak sesuai dengan keadaan dan kebutuhan bangsa dan masyarakat Indonesia saat itu (yaitu membangun rasa persatuan antar penduduk yang tersebar di berbagai pulau besar dan kepulauan yang lain). Sebagai akibatnya gerak dinamika dan keberadaan gerakan kepanduan saat itu kurang mendapatkan simpati dan dukungan dari rakyat dan tokoh-tokoh pemerintah.
Sebagai upaya memperkuat rasa persatuan dan dalam rangka lebih mengefektifkan gerak organisasi kepanduan, maka pada saat Presiden Soekarno memberi amanat dalam Apel Besar Pandu Indonesia di Istana Merdeka tanggal 9 Maret 1961, Presiden Soekarno menyatakan pembubaran bagi semua organisasi kepanduan yang ada di Indonesia dan kemudian meleburnya menjadi satu organisasi nama kepanduan yaitu Gerakan Pendidikan Kepanduan Praja Muda Karana yang lebih dikenal dengan Gerakan Pramuka dengan memilih dan menetapkan lambang gerakannya adalah tunas kelapa.
Langkah Presiden Soekarno dalam menyatukan berbagai macam organisasi kepanduan di tanah air, dan menggantinya dengan Gerakan Pramuka, diikuti dengan keluarnya Keppres Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka yang pada tanggal 20 Mei 1961 ditandatangani oleh Pis. Presiden RI, yaitu Ir. Juanda, hal ini dilakukan karena Presiden Soekarno saat itu sedang berkunjung ke Jepang. Untuk lebih memasyarakatkan keberadaan Gerakan Pramuka di kalangan rakyat Indonesia, maka tanggal 14 Agustus 1961 diperkenalkan kepada masyarakat umum oleh Presiden RI dalam acara Apel Besar Gerakan Pramuka di Istana Merdeka. Sebagai bentuk apresiasi terhadap organisasi-organisasi kepanduan yang telah bersedia bergabung menjadi satu yaitu Gerakan Pramuka, maka Presiden juga menganugerahkan panji-panji pramuka kepada seluruh perwakilan pengurus pandu sebagai penghargaan keikutsertaan para pandu dalam mengisi kemerdekaan Indonesia, maka tanggal 14 Agustus 1961 ditetapkan sebagai hari pramuka, dan setiap tanggal 14 Agustus ditingkat kwartir dari ranting sampai nasional selalu diadakan upacara peringatan hari pramuka.
Nah itu adalah artikel mengenai sejarah gerakan pramuka. Semoga Bermanfaat
Posting Komentar